langerhanscellhistiocytosis.org – Laporan terbaru mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah kejadian stres berat dan bunuh diri di kalangan tentara Israel, terutama yang diminta untuk kembali bertugas di Jalur Gaza. Fenomena ini tercermin dalam insiden tragis yang melibatkan Eliran Mizrahi, seorang reservis tentara Israel.
Deskripsi dan Latar Belakang Eliran Mizrahi:
Eliran Mizrahi, yang bermukim di pemukiman Ma’ale Adumim di Tepi Barat yang statusnya kontroversial dan dianggap ilegal oleh sejumlah negara telah mengakhiri hidupnya pada tanggal 7 Juni 2024. Keputusannya untuk bunuh diri terjadi sesaat setelah ia menerima perintah untuk kembali bertugas di Jalur Gaza, menurut laporan dari situs berita Walla Israel.
Detail Penugasan dan Isu Kesehatan Mental:
Informasi dari Middle East Monitor menyebutkan bahwa Mizrahi dipanggil kembali untuk bertugas sejak tanggal 7 Oktober 2023 sebagai insinyur tempur di Gaza, dimana ia mengalami cedera pada bulan April. Laporan dari Channel 12 Israel menunjukkan bahwa Mizrahi, sebagai veteran IDF, didiagnosis menderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Respons Militer dan Implikasi:
Keluarga Mizrahi mengungkapkan bahwa institusi militer Israel enggan mengakui kondisi kesehatan mental Mizrahi. Akibatnya, ia tidak menerima penghormatan pemakaman militer yang biasa diberikan kepada tentara aktif, karena dianggap tidak aktif pada saat kematiannya.
Statistik dan Krisis Kesehatan Mental:
Menurut laporan dari Haaretz, sejak 7 Oktober 2023, telah tercatat sepuluh kasus bunuh diri di antara perwira dan tentara Israel. Tentara Israel juga mengakui mengalami krisis kesehatan mental terbesar sejak tahun 1973, yang menandakan adanya tekanan psikologis yang tinggi di kalangan personel militer yang bertugas atau telah bertugas di zona konflik seperti Gaza.
Kasus Eliran Mizrahi dan data tentang krisis kesehatan mental yang berlanjut di kalangan tentara Israel menyoroti tantangan serius yang dihadapi oleh mereka yang dipanggil kembali untuk bertugas dalam kondisi yang sangat menantang. Hal ini menuntut kebutuhan mendesak untuk pendekatan yang lebih komprehensif dan mendukung dalam pengelolaan kesehatan mental bagi anggota militer.