langerhanscellhistiocytosis.org – Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja, memberikan pandangannya mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Salah satu faktor utama, menurut beliau, adalah intensitas perjalanan ke luar negeri oleh masyarakat Indonesia, yang berakibat pada peningkatan permintaan dolar AS.
Statistik Perjalanan Wisatawan Nasional
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa selama tahun 2023 terjadi peningkatan jumlah perjalanan wisatawan nasional (wisnas) hingga mencapai 7,52 juta perjalanan, menandai kenaikan sebesar 112,26% dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian, jumlah ini masih belum mencapai tingkat perjalanan pra-pandemi COVID-19 pada tahun 2019.
Preferensi Destinasi Wisatawan Indonesia
Jumlah perjalanan wisatawan Indonesia lebih didominasi ke negara-negara ASEAN, dengan Malaysia sebagai tujuan utama yang mencakup 27,98 persen dari total perjalanan wisnas pada tahun 2023. Daftar negara tujuan lainnya meliputi Arab Saudi, Singapura, Kamboja, Timor Leste, Thailand, Jepang, Tiongkok, Australia, dan Korea Selatan.
Faktor Musiman dan Kebutuhan Sektor Riil
Pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor musiman dan peningkatan kebutuhan sektor riil, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri, dimana terjadi peningkatan impor bahan baku oleh pengusaha untuk memenuhi lonjakan permintaan selama periode tersebut.
Pengaruh Aktivitas Pasar Modal
Jahja Setiaatmadja turut menyebutkan faktor penarikan modal oleh investor asing dan pembagian dividen di kuartal pertama tahun 2024, yang menyebabkan aliran keluar modal. Ini menambah tekanan terhadap rupiah dengan meningkatkan permintaan atas dolar AS.
Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah
Berdasarkan kurs JISDOR Bank Indonesia, nilai tukar rupiah mengalami penurunan dari Rp15.473/US$ di awal tahun 2024, mencapai Rp15.803 di akhir Januari, kemudian menguat tipis pada akhir Februari, dan kembali melemah pada akhir Maret, dengan penembusan level Rp 16.000 pada 16 April 2024, setelah libur panjang Idul Fitri.
Jahja Setiaatmadja menekankan bahwa kombinasi peningkatan perjalanan ke luar negeri oleh masyarakat Indonesia, kebutuhan impor untuk Hari Raya, serta dinamika pasar modal berkontribusi terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Faktor-faktor ini menghasilkan perubahan signifikan pada permintaan dan penawaran dolar AS, yang berdampak pada fluktuasi nilai tukar mata uang Indonesia.