langerhanscellhistiocytosis.org – Korea Utara (DPRK) kembali menjadi sorotan internasional dengan melakukan simulasi serangan balasan nuklir, di tengah ketegangan global yang terjadi antara Rusia-Ukraina dan di Timur Tengah. Pada hari Senin, negara tersebut meluncurkan beberapa rudal balistik jarak pendek, sebuah aksi yang dipantau langsung oleh pemimpinnya, Kim Jong Un, sebagaimana dilaporkan oleh media lokal KCNA.
Detil Peluncuran dan Reaksi Internasional
Laporan dari KCNA, yang dikutip oleh AFP pada hari Selasa (23/4/2024), menyebutkan bahwa Kim Jong Un mengawasi latihan taktis gabungan tersebut, yang mencakup penggunaan pasukan artileri roket berukuran besar. Rudal-rudal yang diluncurkan dikatakan berhasil mengenai target yang dituju sejauh 352 kilometer. Tindakan Korea Utara ini menimbulkan kecaman dari Korea Selatan, yang menyebutnya sebagai “provokasi terang-terangan”, dan juga mendapat konfirmasi dari Tokyo mengenai jangkauan dan ketinggian terbang rudal tersebut.
Konteks dan Implikasi Uji Coba Rudal
Peluncuran ini merupakan yang kedua dalam waktu kurang dari seminggu, dengan uji coba sebelumnya melibatkan apa yang disebut sebagai “hulu ledak super besar” untuk rudal jelajah strategis. Terdapat spekulasi oleh para analis bahwa aktivitas ini mungkin terkait dengan Rusia, menyusul pernyataan AS dan Korea Selatan bahwa Korea Utara telah mengirimkan senjata ke Rusia meskipun ada sanksi PBB yang melarang hal tersebut.
Analisis Aktivitas Senjata Korea Utara
Menurut Hong Min, seorang analis senior di Institut Unifikasi Nasional Korea, peluncuran terbaru ini dapat dilihat sebagai bagian dari upaya Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan teknis senjatanya, menunjukkan bahwa program pengembangan senjata masih dalam tahap pengujian daripada sudah sepenuhnya dikembangkan.
Penegasan Status Nuklir Korea Utara
Pada tahun 2023, Korea Utara telah melakukan serangkaian uji coba rudal yang melanggar sanksi PBB yang diberlakukan sejak tahun 2006. Meskipun mendapat peringatan dari Washington dan Seoul, Pyongyang telah mendeklarasikan dirinya sebagai negara senjata nuklir yang posisinya “tidak dapat diubah” sejak tahun 2022.
Dalam konteks global yang kian tegang, Korea Utara meningkatkan profilnya dengan melaksanakan simulasi serangan balasan nuklir, menandai keberlanjutan pengembangan senjatanya. Peluncuran rudal balistik jarak pendek ini, yang diawasi oleh Kim Jong Un, menimbulkan reaksi internasional dan diperhatikan sebagai indikasi kemungkinan kerjasama dengan Rusia. Pengembangan senjata ini terus berlanjut meski ada sanksi PBB, menegaskan posisi negara tersebut sebagai kekuatan nuklir.